Grebeg Maulud di Keraton Jogja
Tradisi Grebeg Maulud di Keraton jogja (Ngayogyakarta) setiap memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW atau peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Upacara Grebeg di Yogyakarta dipercaya telah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Pelaksanaan Upacara Grebeg dianggap sebagai wujud atau simbol kemurahan dan perlindungan raja terhadap kawulanya. Simbol itu diwujudkan dengan perarakan gunungan yang dikawal kesatuan-kesatuan prajurit kertaon yang disebut bregada. Untuk Keraton Yogyakarta terdapat 10 kesatuan prajurit yang mengiringi perarakan gunungan itu, yakni Prajurit Wirabraja, Daeng, Nyutra, Mantrijero, Patang Puluh, Bugis, Ketanggung, Jagakarya, Prawiratama, dan Surakarsa. Pada masa lalu ada bregada atau kesatuan prajurit lain,yakni Sumaatmaja, Jager, dan Langenastra.
Ada pun rincian gunungan yang diperebutkan bagi masyarakat umum ini adalah
- Gunungan Gepak (1 buah),
- Gunungan Lanang (2 buah),
- Gunungan Dharat (1 buah),
- Gunungan Wadon (1 buah),
- Gunungan Bromo (1 buah),dan
- Gunungan Pawuhan (1 buah).
Gunungan itu sendiri sesungguhnya merupakan rangkaian makanan yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk semacam gunung. Gunungan-gunungan ini semula disemayamkan di tempat yang dinamakan Keben untuk kemudian dibawa ke Alun-alun Utara dan diarak menuju tempat yang telah ditentukan (Masjid Agung Keraton Yogyakarta, Masjid Paku Alaman, dan Kepatihan).
Tinggalkan Balasan