Biodata Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962, dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega. Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Saking banyaknya, Chairul mengaku sampai tak tahu berapa jumlah perusahaannya). Kini ia mempekerjakan 5.000 karyawan.
Orang nomor satu di Grup Para ini adalah sosok yang bersahaja. Penampilannya sederhana, tetapi sangat tajam dalam menerjemahkan visi bisnisnya. Chairul mereposisikan kelompok usahanya dalam tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia.
Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu dan mengganti namanya menjadi Bank Mega. Kini bank ini menjadi salah satu bank papan atas. Hingga September 2005, Bank Mega memiliki nilai buku asetnya mencapai Rp1,5 triliun. Tahun 2005 ini sejumlah investor asing dari Eropa dan AS sudah mengajukan surat resmi untuk membeli saham Bank Mega seharga tiga kali lipat dari nilai bukunya. Selain bank, Chairul juga memiliki perusahaan sekuritas dan mulai merambah bisnis asuransi jiwa dan kerugian.
Di bisnis properti, pria kelahiran Jakarta ini mempunyai Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana Rp99 miliar. Itu pun belum semua area dibangun. Rencananya, di sisa lahan 8 hektar ia akan membangun hotel, restoran, dan bangunan pendukung lainnya.
Bisnis Chairul yang paling moncer adalah Trans TV dengan 21 menara yang mencakup seluruh Jawa, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Pada akhir 2005 dia berharap seluruh Indonesia bisa di-cover, dengan menambah menara sampai 31—32. Investasi untuk satu menara diperkirakan Rp3—5 miliar. Chairul sangat optimistis di bisnis ini karena melihat belanja iklan nasional sudah mencapai Rp6 triliun, dengan 70% di antaranya akan masuk ke TV.
Ia pun berencana mendirikan stasiun radio dan media online atau satelit. Target lainnya adalah bersiap masuk ke media cetak. Dua-tiga tahun setelah Trans TV mendapatkan keuntungan, ia berencana melepas 20%—30% sahamnya ke pasar modal. Dana hasil IPO ini akan ia alokasikan untuk pengembangan usaha dan membayar utang.
(By : TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Tinggalkan Balasan